Raden Ajeng Kartini Wafat di Usia 25 Tahun Setelah Melahirkan Putra Pertamanya
- Updated: Mei 12, 2025
![]()
Raden Ajeng Kartini menjadi salah satu tokoh penting dalam perjuangan mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan Indonesia.
Raden Ajeng Kartini sangat prihatin demi melihat kenyataan nasib wanita pribumi saat itu yang tidak berpendidikan dan terbelenggu oleh adat-istiadat.
Untuk menuangkan kegelisahannya itu, Raden Ajeng Kartini sering menulis surat kepada temannya di Belanda, Ny. Abendanon.
Selanjutnya, Ny. Abendanon membukukan surat-surat Raden Ajeng Kartini yang berjumlah sekitar 95 surat menjadi sebuah buku terkenal berjudul “Door Duisternis tot Licht” (Habis Gelap Terbitlah Terang).
Sebenarnya, Raden Ajeng Kartini sempat mendapat beasiswa dari pemerintah Belanda untuk sekolah guru di Belanda.
Namun, orangtua Raden Ajeng Kartini melarangnya.
Raden Ajeng Kartini malah dipaksa menikah dengan bupati Rembang.
Setelah menikah, Raden Ajeng Kartini kemudian mendirikan sekolah gratis khusus untuk perempuan di Rembang.
Sekolah-sekolah sejenis dengan nama “Sekolah Kartini” lalu bermunculan di beberapa daerah.
Namun, setelah melahirkan putra pertamanya, Raden Ajeng Kartini meninggal dunia pada usia 25 tahun.
Untuk mengenang jasa-jasa Raden Ajeng Kartini, hari kelahirannya (21 April) ditetapkan sebagai Hari Kartini.
Lahir : Jepara, 21 April 1879
Wafat : Rembang, 17 September 1904
(Nurul Ihsan)
Quiz Pilihan Ganda: Fakta Menarik tentang R.A. Kartini yang Jarang Diketahui
Quiz ini berisi 15 pertanyaan pilihan ganda tentang aspek-aspek penting profil dan perjuangan R.A. Kartini yang mungkin belum banyak diketahui oleh pembaca. Setiap soal dilengkapi dengan jawaban dan pembahasan mendalam berdasarkan sumber-sumber sejarah Indonesia yang terpercaya.
Soal 1
Apa nama lengkap Raden Ajeng Kartini sebelum menikah?
A. Raden Ajeng Kartini Sosrodiningrat
B. Raden Ajeng Kartini Djojoadiningrat
C. Raden Ajeng Kartini Sosroningrat
D. Raden Ajeng Kartini Djojodiningrat
Jawaban: C. Raden Ajeng Kartini Sosroningrat
Pembahasan:
Raden Ajeng Kartini lahir pada 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah dengan nama lengkap Raden Ajeng Kartini Sosroningrat. Ia adalah putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang Bupati Jepara pada masa itu. Nama “Sosroningrat” adalah nama keluarga yang diambil dari ayahnya. Gelar “Raden Ajeng” sendiri menunjukkan status sosialnya sebagai putri bangsawan Jawa. Setelah menikah dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, Bupati Rembang, gelarnya berubah menjadi Raden Ayu, sehingga namanya menjadi R.A. Kartini Djojo Adhiningrat, meskipun dalam sejarah ia lebih dikenal sebagai R.A. Kartini saja.
Soal 2
Apa bahasa asing yang pertama kali dipelajari oleh R.A. Kartini?
A. Bahasa Inggris
B. Bahasa Prancis
C. Bahasa Belanda
D. Bahasa Jerman
Jawaban: C. Bahasa Belanda
Pembahasan:
Bahasa asing pertama yang dipelajari R.A. Kartini adalah Bahasa Belanda. Hal ini tidak mengherankan mengingat Indonesia (saat itu Hindia Belanda) berada di bawah penjajahan Belanda. Kartini mendapat kesempatan belajar di ELS (Europese Lagere School) atau Sekolah Dasar Eropa hingga usia 12 tahun, di mana bahasa pengantar pembelajaran adalah Bahasa Belanda. Kemampuannya berbahasa Belanda sangat baik, terbukti dari surat-suratnya kepada sahabat penanya dari Belanda seperti Stella Zeehandelaar, Rosa Abendanon, dan Prof. Anton Abendanon. Kemampuan berbahasa Belanda ini juga yang memungkinkan Kartini mengakses buku-buku dan pemikiran modern dari Eropa, yang kemudian memengaruhi pandangannya tentang kemajuan perempuan dan pendidikan.
Soal 3
Selain menulis surat, apa bentuk karya tulis lain yang pernah dibuat oleh R.A. Kartini?
A. Novel
B. Artikel di koran Belanda
C. Puisi
D. Semua jawaban benar
Jawaban: D. Semua jawaban benar
Pembahasan:
R.A. Kartini tidak hanya menulis surat kepada sahabat-sahabat penanya di Belanda, tetapi juga aktif menulis dalam berbagai bentuk karya tulis lainnya. Kartini pernah menulis artikel yang dimuat di beberapa surat kabar dan majalah Belanda seperti De Hollandsche Lelie, Eigen Haard, dan De Echo. Salah satu artikelnya yang terkenal berjudul “Een Gouverneur-Generaal in Ruste” mengisahkan kunjungan mantan Gubernur Jenderal C.H.A van der Wijck ke Jepara. Kartini juga menulis cerita dan puisi, serta menuliskan ide-ide cerita novel meskipun tidak sempat menyelesaikannya karena wafat di usia muda. Menurut penelitian sejarawan Sitisoemandari Soeroto, Kartini bahkan menulis dongeng berbahasa Jawa untuk anak-anak, menunjukkan kepeduliannya pada pendidikan dan pelestarian budaya lokal.
Soal 4
Apa nama buku yang memuat kumpulan surat-surat Kartini yang diterbitkan pertama kali?
A. Habis Gelap Terbitlah Terang
B. Door Duisternis tot Licht
C. From Darkness to Light
D. Surat-surat Kartini
Jawaban: B. Door Duisternis tot Licht
Pembahasan:
Surat-surat R.A. Kartini pertama kali diterbitkan pada tahun 1911 dalam bahasa Belanda dengan judul “Door Duisternis tot Licht” (Habis Gelap Terbitlah Terang) oleh Mr. J.H. Abendanon. Buku ini berisi kumpulan surat-surat yang ditulis Kartini kepada para sahabat penanya di Belanda antara tahun 1899-1904. Perlu diketahui bahwa judul asli dari Abendanon ini kemudian diterjemahkan ke berbagai bahasa, termasuk dalam bahasa Indonesia menjadi “Habis Gelap Terbitlah Terang” oleh Armijn Pane pada tahun 1938. Namun terjemahan Armijn Pane ini tidak lengkap dan hanya memuat sebagian dari surat-surat Kartini. Terjemahan yang lebih lengkap baru dilakukan oleh Sulastin Sutrisno dengan judul “Surat-surat Kartini: Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya” pada tahun 1979.
Soal 5
Di manakah R.A. Kartini mendirikan sekolah perempuan pertama?
A. Semarang
B. Surabaya
C. Rembang
D. Jepara
Jawaban: D. Jepara
Pembahasan:
R.A. Kartini mendirikan sekolah perempuan pertamanya di Jepara, tanah kelahirannya. Sekolah ini didirikan di pendopo belakang rumah ayahnya, Bupati Jepara, pada tahun 1903. Kartini mengajar anak-anak perempuan pribumi membaca, menulis, keterampilan rumah tangga, dan juga kerajinan tangan. Ini merupakan terobosan penting mengingat pada masa itu sangat jarang perempuan pribumi mendapatkan akses pendidikan formal. Setelah menikah dan pindah ke Rembang mengikuti suaminya yang menjadi Bupati Rembang, Kartini juga mendirikan sekolah serupa di sana. Meskipun sederhana, sekolah-sekolah yang didirikan Kartini menjadi cikal bakal “Sekolah Kartini” yang kemudian berkembang di beberapa kota seperti Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, dan Cirebon setelah kepergiannya.
Soal 6
Karya seni tradisional apa yang dikembangkan oleh R.A. Kartini di daerah Jepara?
A. Batik
B. Ukiran kayu
C. Tenun
D. Wayang
Jawaban: B. Ukiran kayu
Pembahasan:
R.A. Kartini memiliki peran besar dalam mengembangkan seni ukir kayu Jepara yang hingga kini menjadi ikon kerajinan tradisional Indonesia. Kartini tidak hanya mempromosikan seni ukir kayu Jepara ke luar negeri, tetapi juga melakukan inovasi dalam motif dan desain. Ia memperkenalkan motif flora yang lebih halus dan detail untuk menyesuaikan selera pasar Eropa, sambil tetap mempertahankan ciri khas ukiran Jepara. Berkat usahanya, kerajinan ukir Jepara mulai dikenal hingga ke mancanegara dan mendapat tempat di pameran-pameran internasional. Kartini bahkan mengirimkan beberapa hasil ukiran Jepara untuk dipamerkan di Den Haag, Belanda. Perhatian Kartini pada seni ukir ini juga mencerminkan kepeduliannya terhadap peningkatan ekonomi rakyat melalui pengembangan industri kreatif lokal.
Soal 7
Siapakah sahabat pena dari Belanda yang pertama kali bersurat dengan R.A. Kartini?
A. Rosa Abendanon
B. Stella Zeehandelaar
C. Prof. Anton Abendanon
D. Marie Ovink-Soer
Jawaban: B. Stella Zeehandelaar
Pembahasan:
Sahabat pena dari Belanda yang pertama kali bersurat dengan R.A. Kartini adalah Stella Zeehandelaar, seorang feminis dan jurnalis muda asal Belanda. Persahabatan ini bermula ketika Kartini membaca iklan di sebuah majalah Belanda dari Stella yang mencari sahabat pena dari Hindia Belanda. Kartini menulis surat pertamanya kepada Stella pada 25 Mei 1899. Melalui korespondensi dengan Stella, Kartini dapat mengekspresikan pemikiran-pemikirannya tentang emansipasi, feminisme, dan kondisi perempuan di Jawa yang terbelenggu adat. Stella juga mengirimkan buku-buku dan artikel tentang gerakan feminisme di Eropa, yang memperluas wawasan Kartini. Persahabatan dengan Stella menjadi penting dalam perkembangan pemikiran Kartini, karena ia menemukan seseorang yang memiliki kesamaan ide tentang kemajuan perempuan meskipun berasal dari budaya yang berbeda.
Soal 8
Siapakah nama suami R.A. Kartini?
A. Raden Adipati Djojoadiningrat
B. K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat
C. Raden Mas Adipati Sosroningrat
D. Raden Mas Tjokrohadisosro
Jawaban: B. K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat
Pembahasan:
R.A. Kartini menikah dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang saat itu menjabat sebagai Bupati Rembang. Pernikahan mereka dilangsungkan pada tanggal 8 November 1903. Meskipun awalnya Kartini menolak dijodohkan karena ingin melanjutkan pendidikan dan memperjuangkan cita-citanya, akhirnya ia menerima lamaran Bupati Rembang ini setelah mendapat jaminan bahwa ia tetap diizinkan mendirikan sekolah untuk perempuan. Suami Kartini ternyata cukup progresif untuk ukuran zamannya, terbukti dengan dukungannya pada ide-ide Kartini tentang pendidikan perempuan. Setelah menikah, Kartini pindah ke Rembang dan mendirikan sekolah untuk anak-anak perempuan di sana. Sayangnya, pernikahan mereka hanya berlangsung singkat karena Kartini wafat pada tanggal 17 September 1904 setelah melahirkan putra pertamanya.
Soal 9
Apa yang terjadi pada R.A. Kartini empat hari setelah melahirkan putra pertamanya?
A. Ia mendirikan sekolah baru
B. Ia pindah ke Belanda untuk belajar
C. Ia wafat karena komplikasi pasca melahirkan
D. Ia menulis buku autobiografi
Jawaban: C. Ia wafat karena komplikasi pasca melahirkan
Pembahasan:
R.A. Kartini wafat pada tanggal 17 September 1904 di usia yang sangat muda, 25 tahun, karena komplikasi pasca melahirkan (diperkirakan karena perdarahan atau infeksi) empat hari setelah melahirkan putra pertamanya. Putra Kartini yang bernama R.M. Soesalit Djojoadhiningrat lahir pada tanggal 13 September 1904. Kepergian Kartini yang terlalu cepat menjadi pukulan berat bagi keluarga dan para pendukung ide-idenya. Meskipun demikian, semangat dan pemikiran Kartini tetap hidup melalui surat-suratnya yang kemudian dibukukan. Kematian Kartini yang tragis ini juga menjadi salah satu pendorong bagi teman-temannya di Belanda, terutama keluarga Abendanon, untuk memperjuangkan pendirian sekolah-sekolah untuk perempuan pribumi yang kemudian dikenal sebagai “Sekolah Kartini” di berbagai kota di Jawa.
Soal 10
Pada zaman Kartini hidup, hambatan adat apakah yang paling membatasi kebebasan perempuan bangsawan Jawa?
A. Pingitan
B. Larangan belajar membaca
C. Larangan berbicara dengan laki-laki
D. Kewajiban mengenakan cadar
Jawaban: A. Pingitan
Pembahasan:
Pada zaman Kartini hidup, pingitan merupakan hambatan adat yang paling membatasi kebebasan perempuan bangsawan Jawa. Pingitan adalah tradisi mengurung anak perempuan di dalam rumah sejak masa akil balig (sekitar usia 12 tahun) hingga dinikahkan. Kartini sendiri mengalami pingitan setelah lulus dari ELS (Europese Lagere School) di usianya yang ke-12. Selama masa pingitan yang berlangsung sekitar 4 tahun, Kartini tidak diperbolehkan keluar rumah dan harus belajar tentang urusan rumah tangga sebagai persiapan menjadi istri. Pengalaman pingitan inilah yang membuat Kartini semakin kritis terhadap ketidakadilan gender dalam budaya Jawa. Meskipun dalam pingitan, Kartini tetap mengembangkan pengetahuannya dengan membaca buku-buku yang diperoleh dari kakak laki-lakinya dan bersurat dengan sahabat-sahabat penanya di Belanda. Dalam surat-suratnya, Kartini sering menyinggung tentang penderitaannya selama masa pingitan ini.
Soal 11
Beasiswa apa yang pernah ditawarkan kepada R.A. Kartini namun tidak jadi diterimanya?
A. Beasiswa belajar di Universitas Leiden, Belanda
B. Beasiswa belajar seni di Paris, Prancis
C. Beasiswa belajar di Sekolah Guru di Batavia (Jakarta)
D. Beasiswa belajar kedokteran di Amsterdam
Jawaban: C. Beasiswa belajar di Sekolah Guru di Batavia (Jakarta)
Pembahasan:
R.A. Kartini pernah ditawari beasiswa untuk belajar di Sekolah Guru (Kweekschool) di Batavia (sekarang Jakarta), namun tidak jadi diterimanya. Tawaran ini datang dari pemerintah Hindia Belanda setelah Menteri Kolonial A.W.F. Idenburg terkesan dengan pemikiran-pemikiran Kartini yang disampaikan melalui korespondensinya dengan keluarga Abendanon. Kartini sangat senang mendapat tawaran beasiswa ini dan sudah mendapat izin dari ayahnya. Namun, sebelum berangkat ke Batavia, datang lamaran dari Bupati Rembang. Setelah pergulatan batin yang panjang, Kartini akhirnya memutuskan untuk menerima lamaran tersebut dan mengurungkan niatnya belajar di Batavia. Keputusan ini diambil Kartini dengan pertimbangan bahwa ia bisa mendirikan sekolah untuk anak perempuan di Rembang dengan dukungan suaminya, sementara tetap menghormati adat dan keinginan keluarganya.
Soal 12
Apa nama panggilan akrab R.A. Kartini dalam keluarganya?
A. Trinil
B. Ningrum
C. Kartin
D. Ajeng
Jawaban: A. Trinil
Pembahasan:
Nama panggilan akrab R.A. Kartini dalam keluarganya adalah “Trinil”. Nama ini cukup unik karena “Trinil” sebenarnya adalah nama sejenis burung kecil yang lincah yang banyak ditemukan di rawa-rawa dan sawah di Jawa. Penamaan ini mungkin mencerminkan sifat Kartini yang lincah, cerdas, dan penuh semangat sejak kecil. Fakta menarik ini jarang diketahui oleh masyarakat umum karena dalam sejarah dan buku-buku pelajaran, ia lebih dikenal dengan nama formalnya, R.A. Kartini. Menurut catatan sejarah dan kesaksian keluarga yang dikumpulkan oleh biografi Kartini karya Sitisoemandari Soeroto, nama Trinil ini digunakan oleh orang tua, saudara, dan kerabat dekat Kartini dalam keseharian di rumah.
Soal 13
Pandangan progresif R.A. Kartini tentang poligami dipengaruhi oleh pengalaman siapa dalam keluarganya?
A. Ibunya sendiri
B. Kakek dari pihak ayahnya
C. Bibinya
D. Nenek dari pihak ibunya
Jawaban: A. Ibunya sendiri
Pembahasan:
Pandangan progresif R.A. Kartini tentang poligami sangat dipengaruhi oleh pengalaman ibunya sendiri, M.A. Ngasirah. Ayah Kartini, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, memiliki beberapa istri sesuai dengan adat bangsawan Jawa pada masa itu. Ngasirah adalah istri pertama ayahnya, namun karena bukan berasal dari kalangan bangsawan tinggi (hanya putri seorang guru agama dari Telukawur), posisinya kemudian digantikan oleh Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), seorang perempuan bangsawan dari keluarga Bupati Jepara sebelumnya, yang menjadi istri utama secara adat. Kartini menyaksikan langsung bagaimana ibunya diperlakukan tidak setara dalam sistem poligami, dan ini menjadi salah satu alasan Kartini sangat menentang praktik poligami. Dalam surat-suratnya, Kartini sering mengungkapkan kesedihannya melihat penderitaan perempuan dalam pernikahan poligami dan keinginannya untuk mengubah kondisi ini melalui pendidikan dan perubahan cara berpikir masyarakat.
Soal 14
Selain pendidikan perempuan, apa isu sosial lain yang diperjuangkan oleh R.A. Kartini?
A. Penghapusan kerja rodi
B. Peningkatan kesejahteraan petani
C. Pelestarian dan pengembangan seni budaya Jawa
D. Semua jawaban benar
Jawaban: D. Semua jawaban benar
Pembahasan:
Meskipun R.A. Kartini lebih dikenal sebagai pelopor pendidikan untuk perempuan pribumi, sebenarnya ia juga memperjuangkan berbagai isu sosial lainnya. Kartini mengkritik sistem kerja rodi (kerja paksa) yang memberatkan rakyat pribumi dan sistem tanam paksa yang menyengsarakan para petani. Dalam surat-suratnya, Kartini sering mengungkapkan keprihatinannya terhadap kemiskinan dan penderitaan rakyat akibat kebijakan kolonial. Selain itu, Kartini juga sangat peduli pada pelestarian dan pengembangan seni budaya Jawa. Ia tidak hanya mempromosikan seni ukir Jepara, tetapi juga mempelajari dan mendokumentasikan motif batik, adat istiadat, dan cerita rakyat Jawa. Kartini percaya bahwa kemajuan tidak berarti meninggalkan budaya sendiri, tetapi justru harus dibangun di atas akar budaya yang kuat. Pandangan holistik Kartini tentang pembangunan bangsa ini menunjukkan keluasan pemikirannya yang melampaui zamannya.
Soal 15
Siapakah tokoh yang memainkan peran penting dalam penerbitan surat-surat R.A. Kartini?
A. Stella Zeehandelaar
B. Mr. J.H. Abendanon
C. Prof. Anton dan Nyonya Rosa Abendanon
D. B dan C benar
Jawaban: D. B dan C benar
Pembahasan:
Mr. J.H. Abendanon dan istrinya, Rosa Abendanon (yang secara formal dikenal sebagai Prof. Anton dan Nyonya Rosa Abendanon), memainkan peran yang sangat penting dalam penerbitan surat-surat R.A. Kartini. J.H. Abendanon adalah Direktur Pendidikan, Agama, dan Kerajinan di Hindia Belanda yang memiliki pemikiran liberal dan mendukung politik etis. Keluarga Abendanon menjalin persahabatan yang erat dengan Kartini dan sering berkorespondensi dengannya. Rosa Abendanon bahkan dipanggil “Moedertje” (ibu kecil) oleh Kartini. Setelah Kartini meninggal, keluarga Abendanon mengumpulkan surat-surat Kartini dari berbagai korespondennya dan menerbitkannya dalam buku “Door Duisternis tot Licht” (Habis Gelap Terbitlah Terang) pada tahun 1911. Penerbitan ini tidak hanya mengenalkan pemikiran Kartini kepada masyarakat luas, tetapi juga mendorong kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi perempuan pribumi, yang kemudian melahirkan yayasan-yayasan “Kartini Foundation” yang mendirikan sekolah-sekolah untuk perempuan di berbagai kota di Hindia Belanda.
Quiz ini telah menyajikan fakta-fakta menarik tentang R.A. Kartini yang mungkin belum banyak diketahui oleh pembaca umum. Setiap soal disusun berdasarkan sumber-sumber sejarah terpercaya untuk memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang sosok pahlawan nasional ini, tidak hanya sebagai pelopor pendidikan perempuan tetapi juga sebagai pemikir dan pejuang dalam berbagai aspek kemasyarakatan.
- Donasi terbaik ke norek: Bank Syariah Mandiri (BSI): 7113717337 an. Yayasan Sebaca Indonesia.
- Infokan judul/paket ebook, alamat email, dan bukti transfer donasi ke WA 0815 6148 165.
- 1 x 24 jam file ebook PDF diemailkan ke alamat email donatur.
- Donasi digunakan sepenuhnya untuk operasional dan pembuatan konten ebook anak Program Sosial Edukasi Cerdas Literasi Gerakan Indonesia Berbagi Buku Anak Digital di ebookanak.com

- Kode Ebook PDF: 014
- File PDF: Download by email
- Donasi: Rp 30 ribu/Rp 50 ribu/Rp 100 ribu/ nominal lain
- Seri: Pengetahuan
- Judul: 100 Pahlawan Nusantara
- Penulis: Kak Nurul Ihsan
- Ilustrator: Uci Ahmad Sanusi
- Ukuran: 21 x 28 cm
- Isi: Full colour
- Tebal: iii + 53 hlm
- Penerbit: Cikal Aksara
- ISBN: 602-8526-34-7

Kak Nurul Ihsan adalah Kreator 500 buku anak, Founder www.ebookanak.com, dan ketua Yayasan Sebaca Indonesia yang sudah berkarya di bidang penerbitan buku anak sejak 1991 hingga sekarang bersama tim kreatif CBM Studio Bandung. Selain sebagai penulis, komikus, ilustrator, desainer, dan pegiat literasi, saat ini Kak Nurul Ihsan juga menjadi inisiator Program Sosial Edukasi Cerdas Literasi dalam Gerakan Indonesia Berbudi: Berbagi Buku Anak Digital di www.ebookanak.com. Profil dan karya buku Kak Nurul Ihsan dan tim CBM Studio dapat dilihat di sini.
Donasi sedekah jariyah Sahabat Literasi yang diberikan sungguh sangat berarti bagi jutaan anak di Indonesia dan global untuk bisa membaca buku anak digital berkualitas dan edukatif secara gratis!
Mari bantu terus kami dengan 3D: Doa, Dedikasi, dan Donasi sedekah jariyah untuk ikut merintis, membangun, dan mengembangkan ebookanak.com menjadi media bacaan digital anak free online terbesar dan terbaik di Asia yang bermanfaat bagi umat dan menjadi kebanggaan Indonesia.
Terimakasih dan Salam Indonesia Cerdas Literasi. (Kak Nurul Ihsan Founder ebookanak.com & Penulis 500 Buku Anak)
Donasi Sedekah Jariyah KLIK DI SINI.
Sumber dan Kontributor
Penerbit Cikal Aksara
Jl. H. Montong No. 57 Ciganjur Jagakarsa
Jakarta Selatan 12630 Indonesia
021-788 830 30
Faks: 021 727 0996
www.cikalaksara.com
Cloud Hosting Partner:
PT Dewaweb
AKR Tower 16th Floor
Jl. Panjang no.5, Kebon Jeruk
Jakarta 11530
Email: sales@dewaweb.com
Phone: (021) 2212-4702
Mobile: 0813-1888-4702
www.dewaweb.com

















































